Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya.
Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak
menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari
bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri.
Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya
sendiri (bintang nyata).
Sejarah Pengamatan
Bintang-bintang telah menjadi bagian dari
setiap kebudayaan. Bintang-bintang digunakan dalam praktik-praktik keagamaan,
dalam navigasi,
dan bercocok tanam.
Kalender Gregorian, yang digunakan hampir di
semua bagian dunia, adalah kalender
matahari, mendasarkan diri pada posisi Bumi relatif terhadap
bintang terdekat, Matahari.
Astronom-astronom awal seperti Tycho Brahe
berhasil mengenali ‘bintang-bintang baru’ di langit (kemudian dinamakan novae)
menunjukkan bahwa langit tidaklah kekal. Pada 1584 Giordano
Bruno mengusulkan bahwa bintang-bintang sebenarnya adalah
matahari-matahari lain, dan mungkin saja memiliki planet-planet seperti Bumi di
dalam orbitnya, ide yang telah diusulkan sebelumnya oleh filsuf-filsuf Yunani kuno
seperti Democritus
dan Epicurus.
Pada abad berikutnya, ide bahwa bintang adalah matahari yang jauh mencapai
konsensus di antara para astronom. Untuk menjelaskan mengapa bintang-bintang
ini tidak memberikan tarikan gravitasi pada tata surya, Isaac Newton
mengusulkan bahwa bintang-bintang terdistribusi secara merata di seluruh
langit, sebuah ide yang berasal dari teolog Richard Bentley.
Astronom Italia Geminiano Montanari merekam
adanya perubahan luminositas pada bintang Algol pada 1667. Edmond Halley
menerbitkan pengukuran pertama gerak diri dari sepasang bintang “tetap” dekat,
memperlihatkan bahwa mereka berubah posisi dari sejak pengukuran yang dilakukan
Ptolemaeus
dan Hipparchus.
Pengukuran langsung jarak bintang 61 Cygni
dilakukan pada 1838 oleh Friedrich Bessel menggunakan teknik paralaks.
William
Herschel adalah astronom pertama yang mencoba menentukan distribusi
bintang di langit. Selama 1780an ia melakukan pencacahan di sekitar 600 daerah
langit berbeda. Ia kemudian menyimpulkan bahwa jumlah bintang bertambah secara
tetap ke suatu arah langit, yakni pusat galaksi
Bima Sakti.
Putranya John Herschel mengulangi
pekerjaan yang sama di hemisfer langit sebelah selatan dan menemukan hasil yang
sama. Selain itu William Herschel juga menemukan bahwa beberapa pasangan
bintang bukanlah bintang-bintang yang secara kebetulan berada dalam satu arah
garis pandang, melainkan mereka memang secara fisik berpasangan membentuk
sistem bintang ganda.
Klasifikasi
Berdasarkan spektrumnya,
bintang dibagi ke dalam 7 kelas utama yang dinyatakan dengan huruf O, B, A, F,
G, K, M yang juga menunjukkan urutan suhu,
warna dan
komposisi-kimianya. Klasifikasi ini dikembangkan oleh Observatorium
Universitas Harvard dan Annie Jump Cannon pada
tahun 1920an
dan dikenal sebagai sistem klasifikasi Harvard.
Untuk mengingat urutan penggolongan ini biasanya digunakan kalimat "Oh
Be A Fine Girl Kiss Me".
Dengan kualitas spektrogram yang lebih
baik memungkinkan penggolongan ke dalam 10 sub-kelas yang diindikasikan oleh
sebuah bilangan (0 hingga 9) yang mengikuti huruf. Sudah menjadi kebiasaan
untuk menyebut bintang-bintang di awal urutan sebagai bintang tipe awal dan
yang di akhir urutan sebagai bintang tipe akhir. Jadi, bintang A0 bertipe lebih
awal daripada F5, dan K0 lebih awal daripada K5.
Kelas
|
Warna
|
Suhu
Permukaan °C
|
Contoh
|
O
|
Biru
|
>
25,000
|
|
B
|
Putih-Biru
|
11.000
- 25.000
|
|
A
|
Putih
|
7.500
- 11.000
|
|
F
|
Putih-Kuning
|
6.000
- 7.500
|
|
G
|
Kuning
|
5.000
- 6.000
|
|
K
|
Jingga
|
3.500
- 5.000
|
|
M
|
Merah
|
<3,500
|
Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman dari Observatorium
Yerkes menambahkan sistem
pengklasifikasian berdasarkan kuat cahaya atau luminositas,
yang seringkali merujuk pada ukurannya. Pengklasifikasian tersebut dikenal
sebagai sistem klasifikasi Yerkes dan membagi bintang ke dalam kelas-kelas
berikut :
- 0 Maha maha raksasa
- I Maharaksasa
- II Raksasa-raksasa terang
- III Raksasa
- IV Sub-raksasa
- V deret
utama (katai)
- VI sub-katai
- VII katai putih
Umumnya kelas bintang dinyatakan dengan dua
sistem pengklasifikasian di atas. Matahari
kita misalnya, adalah sebuah bintang dengan kelas G2V, berwarna kuning,
bersuhu dan berukuran sedang.
Diagram Hertzsprung-Russell adalah diagram hubungan
antara luminositas
dan kelas spektrum (suhu permukaan) bintang. Diagram ini adalah diagram paling
penting bagi para astronom dalam usaha mempelajari evolusi bintang.
Penampakan dan Distribusi
Karena jaraknya yang sangat jauh, semua bintang
(kecuali Matahari) hanya tampak sebagai titik saja yang
berkelap-kelip karena efek turbulensi atmosfer Bumi. Diameter sudut bintang bernilai sangat kecil
ketika diamati menggunakan teleskop
optik landas Bumi, hingga diperlukan teleskop interferometer
untuk dapat memperoleh citranya. Bintang dengan ukuran diameter sudut terbesar
setelah Matahari adalah R
Doradus, dengan 0,057 detik busur.
Telah lama dikira bahwa kebanyakan bintang berada pada sistem bintang ganda atau sistem multi bintang. Kenyataan ini hanya benar untuk bintang-bintang masif kelas O dan B, dimana 80% populasinya dipercaya berada dalam suatu sistem bintang ganda atau pun multi bintang. Semakin redup bintang, semakin besar kemungkinannya dijumpai sebagai sistem tunggal. Dijumpai hanya 25% populasi katai merah yang berada dalam sebuah sistem bintang ganda atau sistem multi bintang. Karena 85% populasi bintang di galaksi Bimasakti adalah katai merah, maka tampaknya kebanyakan bintang di dalam Bimasakti berada pada sistem bintang tunggal.
Sistem yang lebih besar yang disebut gugus bintang
juga dijumpai. Bintang-bintang tidak tersebar secara merata mengisi seluruh
ruang alam semesta,
tetapi terkelompokkan ke dalam galaksi-galaksi bersama-sama dengan gas
antarbintang dan debu. Sebuah galasi tipikal mengandung ratusan miliar bintang, dan
terdapat lebih dari 100 miliar
galaksi di seluruh alam semesta teramati.
Astronom
memperkirakan terdapat 70 sekstiliun (7×1022)
bintang di seluruh alam semesta yang teramati. Ini berarti 70 000 000 000 000
000 000 000 bintang, atau 230 miliar
kali banyaknya bintang di galaksi Bimasakti yang berjumlah sekitar 300 miliar.
Bintang terdekat dengan Matahari adalah Proxima Centauri,
berjarak 39.9 triliun (1012) kilometer, atau 4.2 tahun cahaya.
Cahaya dari Proxima Centauri memakan waktu 4.2 tahun untuk mencapai Bumi. Jarak
ini adalah jarak antar bintang tipikal di dalam sebuah piringan galaksi.
Bintang-bintang dapat berada pada jarak yang lebih dekat satu sama lain di
daerah sekitar pusat galasi dan di dalam gugus bola, atau pada
jarak yang lebih jauh di halo galaksi.
Karena kerapatan yang rendah di dalam sebuah
galaksi, tumbukan antar bintang jarang terjadi. Namun di daerah yang sangat
padat seperti di inti sebuah gugus bintang
atau lingkungan sekitar pusat galaksi, tumbukan dapat sering terjadi . Tumbukan
seperti ini dapat menghasilkan pengembara-pengembara biru yaitu
sebuah bintang abnormal hasil penggabungan yang memiliki temperatur permukaan
yang lebih tinggi dibandingkan bintang deret utama
lainnya di sebuah gugus bintang dengan luminositas
yang sama. Istilah pengembara merujuk pada jejak evolusi yang berbeda dengan
bintang normal lainnya pada diagram Hertzsprung-Russel.
Evolusi
Struktur, evolusi, dan nasib akhir sebuah
bintang sangat dipengaruhi oleh massanya. Selain itu, komposisi kimia juga ikut
mengambil peran dalam skala yang lebih kecil.
Terbentuknya bintang
Bintang terbentuk di dalam awan molekul;
yaitu sebuah daerah medium antarbintang yang luas dengan kerapatan
yang tinggi (meskipun masih kurang rapat jika dibandingkan dengan sebuah vacuum chamber yang
ada di Bumi). Awan ini kebanyakan terdiri dari hidrogen
dengan sekitar 23–28% helium
dan beberapa persen elemen berat. Komposisi elemen dalam awan ini tidak banyak
berubah sejak peristiwa nukleosintesis Big Bang pada saat awal alam semesta.
Gravitasi mengambil peranan sangat penting
dalam proses pembentukan bintang. Pembentukan bintang dimulai dengan
ketidakstabilan gravitasi di dalam awan molekul yang dapat memiliki massa
ribuan kali matahari. Ketidakstabilan ini seringkali dipicu oleh gelombang
kejut dari supernova
atau tumbukan antara dua galaksi. Sekali sebuah wilayah mencapai kerapatan
materi yang cukup memenuhi syarat terjadinya instabilitas Jeans, awan tersebut mulai runtuh
di bawah gaya gravitasinya sendiri.
Berdasarkan syarat instabilitas Jeans, bintang
tidak terbentuk sendiri-sendiri, melainkan dalam kelompok yang berasal dari
suatu keruntuhan di suatu awan molekul yang besar, kemudian terpecah menjadi
konglomerasi individual. Hal ini didukung oleh pengamatan dimana banyak bintang
berusia sama tergabung dalam gugus atau asosiasi bintang.
Begitu awan runtuh, akan terjadi konglomerasi
individual dari debu dan gas yang padat yang disebut sebagai globula Bok. Globula Bok
ini dapat memiliki massa hingga 50 kali Matahari. Runtuhnya globula membuat
bertambahnya kerapatan. Pada proses ini energi gravitasi diubah menjadi energi
panas sehingga temperatur meningkat. Ketika awan protobintang ini mencapai kesetimbangan
hidrostatik, sebuah protobintang
akan terbentuk di intinya. Bintang pra deret
utama ini seringkali dikelilingi oleh piringan protoplanet.
Pengerutan atau keruntuhan awan molekul ini memakan waktu hingga puluhan juta
tahun. Ketika peningkatan temperatur di inti protobintang mencapai kisaran 10
juta kelvin, hidrogen di inti 'terbakar' menjadi helium dalam suatu reaksi
termonuklir. Reaksi nuklir di dalam inti bintang menyuplai cukup energi untuk
mempertahankan tekanan di pusat sehingga proses pengerutan berhenti.
Protobintang kini memulai kehidupan baru sebagai bintang deret utama.
Deret Utama
Bintang menghabiskan sekitar 90% umurnya untuk
membakar hidrogen dalam reaksi fusi yang menghasilkan helium dengan temperatur
dan tekanan yang sangat tinggi di intinya. Pada fase ini bintang dikatakan
berada dalam deret utama dan disebut sebagai bintang katai.
Akhir sebuah bintang
Ketika kandungan hidrogen
di teras bintang habis, teras bintang mengecil dan membebaskan banyak panas dan
memanaskan lapisan luar bintang. Lapisan luar bintang yang masih banyak hidrogen
mengembang dan bertukar warna merah dan disebut bintang raksaksa merah
yang dapat mencapai 100 kali ukuran matahari sebelum membentuk bintang kerdil
putih. Sekiranya bintang tersebut berukuran lebih besar dari matahari,
bintang tersebut akan membentuk superraksaksa merah. Superraksaksa merah ini
kemudiannya membentuk Nova atau
Supernova
dan kemudiannya membentuk bintang neutron atau Lubang hitam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar